
Lawan TNI, Remaja Pelanggar PPKM Darurat Ini Dihukum
7 Juli 2021REMAJA mengamuk saat motor yang dikendarainya terjaring razia PPKM darurat di Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, Senin (5/7/2021).
Tak hanya berani membentak personel Satpol PP dan TNI yang berjaga, remaja itu mengaku keponakan jenderal.
Kabid Penegak Perundang-undangan Satpol Kota PP Tangsel, Sapta Mulyana menjelaskan awalnya pemuda itu naik motor berboncengan dengan kakaknya.
Keduanya melintas di pos PPKM darurat tanpa menggunakan masker sehingga langsung dihentikan petugas.
“Kemarin di jalan, saat kita melakukan patroli dan penertiban PPKM Darurat, mereka melintas tanpa menggunakan masker boncengan. Kakak beradik,” kata Sapta di lokasi, Selasa (6/7/2021).
Melihat pelanggaran di depan mata, Sapta dengan sigap langsung meminta pengendara itu untuk menepi.
Tetapi, remaja itu malah tetap saja jalan.
“Jadi ketika kami cegat, dia berusaha melepaskan diri, tidak mau dihentikan. Kami paksa berhenti, kami belokkan dan kami tanya. Belum sempat kami berucap, dia sudah bentak-bentak duluan,” ucapnya.
Tanpa merasa bersalah, remaja itu turun dari motor langsung membentak-bentak petugas yang lebih tua.
“Ya, awalnya dia merasa, kenapa saya harus disetop, kenapa harus berhenti, kenapa bapak bicaranya keras. Saya sampaikan, bahwa kami harus menindak tegas pelanggar PPKM,” ujarnya.
Tidak terima dituduh melanggar, remaja berbadan kurus itu malah menantang petugas Satpol PP dan TNI yang membantu kegiatan operasi PPKM itu.
“Dia saat saya tegur malah menantang, nanti saya bilang om saya, om saya bintang dua, om saya jenderal. Kami juga berusaha ingin tahu, siapa namanya, saya berikan pengertian juga,” katanya.
Sapta pun mengaku berusaha tidak terpancing emosi menghadapi remaja labil tersebut.
Dia menjelaskan, dirinya hanya petugas yang tengah menjalankan aturan PPKM Darurat.
“Ketika itu, saya lebih tegaskan lagi. Anda harus tahu saudaramu, saudaramu seorang perwira, apalagi bintang dua, akan malu melihat permasalahan ini. Terutama kamu yang salah,” ucapnya.
Mendengar penjelasan Sapta, remaja itu tidak meneruskan sikapnya dan diam.
Kakak remaja itu pun akhirnya ikut bicara dan meminta maaf.
“Akhirnya kakaknya ikut bicara, dia minta maaf adiknya salah bicara dan berjanji akan mengikuti aturan yang berlaku yang diperintahkan oleh seluruh petugas. Saat itu kita setrap secara fisik,” tuturnya.
Karena tindakannya, remaja itu hanya dikenai sanksi fisik berupa push up sebanyak 50 kali.
Setelah itu, keduanya pun dilepas bebaskan oleh petugas.
“Dia tidak bawa identitas. Sudah salah, tidak bawa identitas, pakai bawa-bawa backing pula. Saya suruh push up 50 kali dan dia melakukan. Dia minta maaf dan berjalan mengakui kesalahannya,” katanya.
* (Montt/News).