METROONLINENTT.COM – Aksi heroik prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) sering tercatat dalam setiap medan operasi.
Salah satunya, yakni keberhasilan dalam operasi pembebasan ratusan sandera di Tembagapura, Papua pada 17 November 2017.
Melansir dari Sindonews, Sabtu (20/5/2023), saat itu KKB di bawah pimpinan Tenny Kwalik dan Ayub Waker menyerbu pemukiman warga di Kampung Kimbeli, Kampung Banti, dan Kampung Longsoran.
Kemudian mereka membawa para sandera baik masyarakat pendatang maupun warga lokal ke lapangan yang berada di Kampung Utikini, Kabupaten Mimika.
Kelompok bersenjata yang tergabung dalam Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN OPM) ini menyandera warga selama lebih dari dua minggu.
Mereka tidak mengizinkan masyarakat untuk beraktivitas keluar kampung dan membeli makanan sehingga tidak sedikit dari sandera yang terpaksa memakan daun-daunan untuk bertahan hidup.
Menanggapi hal tersebut, Kapolda Papua Irjen Pol Boy Rafli Amar dan Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI George Elnadus Supit berupaya melakukan pendekatan persuasif.
Akan tetapi, upaya tersebut tidak pernah mendapatkan respons dari pihak TPN OPM.
Mengingat situasi yang makin pelik karena banyak sandera ibu dan anak-anak, pemerintah pun menggelar operasi militer dengan membentuk Tim Maleo.
Tim ini terdiri atas 13 prajurit Kopassus yang mempunyai kemampuan khusus.
Anggota Tim Maleo meliputi Sertu Ricci Broury Papua Jaya, Lettu Inf. Syukma Putra Aditya, dan Lettu Inf. Agung Damar.
Kemudian Sertu Faisal Tanjung, Praka Fitra Musa, Praka Salim, Praka Widiantoro, dan Serka Rinaldo Oscar.
Serta Praka Eko Yudhi Afriansyah, Praka Syadam Hosen, Praka Iqbal, Praka Densi, dan juga Praka Sholeh.
Adapun Tim Maleo Kopassus yang diback up tim 751/raider mendapat tugas strategis untuk menguasai Kampung Kimbeli dan Banti 2 tempat di mana masyarakat disandera.
Kemudian Taipur/Kostrad bertugas menguasai Kampung Banti 1, sedangkan Tim 754/ENK Brimob dan 1 Tim Taipur/Kostrad menguasai Kampung Utikini, Kampung Kalimbuah hingga Kampung Longsoran.
Hal itu tertuang dalam buku berjudul “Tim Maleo: Operasi Pembebasan Sandera Tembagapura 17 November 2017” yang ditulis Dansat 81 Kopassus Letkol Charles Aling.
“Kalian adalah satuan Kopassus. Ingat tugas operasi adalah kehormatan. Lebih baik pulang nama daripada gagal di medan tugas. Intinya tugas harus berhasil jangan sampai ada korban masyarakat,” kata Dansatgasban Intel-15 Kolonel Inf. Agung Winatha.
Pada 13 November 2017, infiltrasi dilakukan oleh Tim Maleo Kopassus.
Dengan senyap, prajurit menyisir hutan belantara Papua yang memiliki medan sulit karena berlumut dengan jurang di sisi kanan kiri.
Tak menyerah, prajurit tiba di titik yang dituju pada 15 November setelah melalui perjalanan panjang dan menyulitkan.
Akan tetapi, penyerbuan sempat gagal karena ada sejumlah tim yang belum tiba di lokasi sasaran.
Komandan Tim Pembebasan Sandera (Dantim Basra) Tembagapura Lettu Inf. Syukma Putra Aditya menceritakan ketika prajurit Kopassus harus menunggu waktu yang tepat untuk membebaskan sandera di tengah guyuran hujan lebat dan cuaca yang dingin.
Kondisi tersebut makin parah karena prajurit kelaparan lantaran bekal makanan yang dibawa telah habis di perjalanan.
Meski demikian, mereka tidak menyerah dan memilih minum air hujan dan air sungai demi bertahan hidup.
Syukma mengatakan prajurit Kopassus tetap saling menjaga agar tidak lengah karena stamina sudah menurun.
Kerja keras tersebut membuahkan hasil di mana mereka berhasil menguasai Kampung Kimbeli, Kampung Banti dan perkampungan lain serta membebaskan ratusan sandera.
“Sungguh, kala itu saya tidak merasakan jemari kaki saya yang lecet dan tidak merasakan jeritan perut yang belum terisi apa-apa selain air sungai yang kami minum sore kemarin,” ujarnya.